Menjadi Organisasi yang Adaptif
Pada atmosfir bisnis yang penuh dengan tekanan, tantangan dan perubahan yang sangat cepat seperti sekarang ini, organisasi-organisasi bisnis yang akan menguasai dan memenangkan masa depan adalah mereka yang adaptif dan fleksibel terhadap perubahan yang terjadi.
Cepatnya perubahan yang terjadi mengakibatkan para leaders harus mengenali
realita-realita yang baru dan mampu beradaptasi secara efektif terhadap berbagai transisi yang terjadi.
Karena berbagai perubahan sudah pasti akan terus menerus datang silih berganti, maka adaptasi harus terus menerus dilakukan – terutama terhadap datangnya realita-realita baru.
Ada beberapa langkah penting untuk menjadi organisasi bisnis yang adaptif terhadap realita-realita yang ada.
1.HindariPenyangkalan Terhadap Realita
Fondasi utama dari organisasi yang adaptif adalah keberakaran pada realita. Dengan kata lain, organisasi yang adaptif adalah organisasi di mana para pemimpinnya menolak untuk menyangkali realita (resisting denial). Resisting denial adalah suatu hal yang penting bagi organisasi bisnis yang adaptif. Denial (penyangkalan) adalah suatu keadaan psikologis di mana mereka yang mengalaminya menolak untuk menerima suatu realita yang tidak menyenangkan.
Keyakinan bahwa semuanya dalam perusahaan akan menjadi baik jika Anda sekedar memberinya waktu adalah tanda-tanda bahwa denial sedang terjadi. Tanda lainnya adalah keyakinan bahwa kondisi-kondisi bisnis tidak berubah atau tidak banyak berubah secara signifikan untuk mendapat perhatian. Penyangkalan memang adalah suatu tahap awal yang mungkin dapat diterima ketika seseorang kehilangan orang-orang yang ia kasihi—namun hal ini tidak boleh mendapat tempat pada manajemen perusahaan.
2.Mengerti kondisi-kondisi bisnis yang sedang terjadi
Usaha-usaha adaptasi yang didasarkan pada kesalahan dalam membaca situasi yang terjadi hanyalah akan membawa kepada kehancuran. Demikian pula adaptasi yang dilakukan berdasarkan pada kondisi-kondisi yang sebenarnya tidak terjadi – hal ini sama saja dengan terus bertahan pada status quo ditengah perubahan yang sebenarnya nyata-nyata sedang terjadi.
Adaptasi yang efektif selalu dimulai ketika para leaders membaca dengan tepat kemana arah dari angin perubahan yang sedang terjadi dalam bisnis yang mereka geluti. Para eksekutif perlu mengenali realita-realita baru dibalik berbagai trend dalam bidang teknologi keuangan, perdagangan, politik dan demografi. Para eksekutif juga perlu mengetahui perubahan atau realita-realita baru yang secara khusus mempengaruhi perusahaan mereka, dan memilah perubahan-perubahan yang tidak perlu mendapatkan perhatian terlalu besar.
3.Terus-menerus melakukan benchmarking
Ketika perusahaan Anda menemukan realita-realita yang baru, maka bisa saja benchmark yang ada sudah tidak lagi relevan. Untuk beradaptasi dengan efektif maka perusahaan Anda perlu mempertahankan dan meningkatkan diri dalam kualitas, citra, kepuasan konsumen, pelayanan, uniecost dan profitabilitas—bila dibandingkan dengan apa yang dilakukan oleh para kompetitor Anda.
Keengganan untuk melakukan benchmarking adalah indikator dari resistansi
terhadap adaptasi—artinya, Anda sebenarnya sedang melawan realita baru yang terjadi.
4.Berhati-hati terhadap kelelahan
Perubahan yang cepat membutuhkan eksekutif yang kompeten, serta memiliki fokus yang tajam dan energi yang besar. Sebaliknya para eksekutif yang lelah, sinis dan tidak fleksibel adalah dapat menyebabkan kehancuran pada perusahaan.
Dampak negatif yang akan terjadi bila para eksekutif yang mengalami burn-out dibiarkan terus menerus menahkodai perusahaan ditengah perubahan yang sangat cepat, maka dampak negatifnya akan luar biasa.
Bila seorang eksekutif mulai cenderung defensif, mudah marah, menyimpan kekesalan, tidak fleksibel, mudah bosan, gemar menunda pekerjaan dan kurang berenergi—maka mungkin perusahaan perlu mengistirahatkannya dan menemukan pemain-pemain baru yang lebih segar untuk memimpin adaptive organization.
5.Restrukturisasi !
Menurut Alfred Sloan, bisnis leader legendaris dari General Motors beragumentasi bahwa strategi sebenarnya mengikuti struktur. Dengan kata lain organisasi yang strukturnya tidak dirancang dengan baik cenderung tidak akan mengalirkan strategi-strategi efektif yang dapat meningkatkan kinerja dan eksekusi yang prima.
Untuk beradaptasi dengan cepat pada realita-realita yang baru, maka struktur harus terus menerus dimonitor dan diperbaiki. Pada era penuh perubahan dan turbulensi ini, struktur-struktur yang menghambat inisiatif dan inovasi, serta menyulitkan proses komunikasi dan produktifitas akan membahayakan kelangsungan hidup perusahaan.
Kemampuan beradaptasi dari suatu organisasi tidaklah dicapai dengan sendirinya. Namun perlu terus-menerus dipertajam. Dari waktu ke waktu perusahaan perlu membuat assement dari kapasitas adaptasi mereka—ketika perusahaan menemukan bahwa kapasitas adaptasi mereka menurun, maka tindakan yang cepat dan agresif perlu dilakukan.
Bila tidak maka perusahaan akan berlambat-lambat dalam menghadapi realita-realita baru yang terjadi terus menerus di sekelilingnya.
Datangnya perubahan dan realita-realita baru bukanlah suatu ancaman namun lebih merupakan suatu kesempatan dan tantangan. Jika Anda tidak beradaptasi, eksistensi Anda cepat atau lambat akan berhenti. Dengan kata lain, adapt…or die !
Terima kasih telah berkunjung dan membaca tulisan ini, Have a good day
Posted by Unknown
on 1:46 PM. Filed under
Management
.
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0.
Feel free to leave a response