Cinta Kasih
Today is Saturday, sejenak melepaskan kepenatan dan kesibukan kerja dari awal Kita ada dan menjadi seperti saat ini tidak terlepas dari peranan Orangtua kita, bicara kuantitas dengan situasi pekerjaan, kesibukan, jarak ,waktu dan tempat mungkin terasa kurang namun tiada kata terlambat untuk dapat meningkatkannya. Happy Weekend ...
minggu. Saya mendapatkan sebuah tulisan dari seorang teman di Pekanbaru yang
menurut saya sangat baik untuk menjadi sebuah renungan di akhir pekan.
Di dalam puisi dan cerita-cerita rakyat di beberapa negara, banyak
diceritakan masalah tentang hubungan cinta dan tidak cinta, antara orangtua
dengan anak-anaknya. Ada beberapa negara di dunia ini tidak mempunyai
cerita-cerita rakyat yang berkenaan dengan penggambaran hubungan cinta kasih
antara orangtua dengan anak-anaknya. Dan mereka hanya menekankan tentang
cinta kasih kepada semua orang, yang tentu saja termasuk orangtua mereka
juga.
Banyak sekali orang yang menangis ketika mendengar dan membaca puisi dan
cerita-cerita yang menggambarkan tentang hubungan cinta kasih antara
orangtua dengan anak. Ada satu cerita berasal dari sebuah puisi yang amat
terkenal di Srilanka. Puisi yang asli terdiri dari empat bait, yang dapat
mengubah seseorang menjadi penuh belas kasih.
Ceritanya sebagai berikut :
Pada suatu ketika, hiduplah seorang ibu yang membesarkan anak laki-lakinya.
Dengan melalui berbagai penderitaan akhirnya ibu tua itu berhasil
menghantarkan anak laki-lakinya mencapai kehidupan yang sukses.
Anak laki-laki itu lalu menikah dan mempunyai rumah sendiri. Setelah ia
berkeluarga dan mempunyai kehidupan yang cukup baik, tetapi ia tidak pernah
menengok kepada kedua orangtuanya yang sudah tua itu. Ayah dan ibu tua itu
sudah lama amat menderita, mereka tidak mempunyai makanan dan pakaian yang cukup.
Pada suatu hari karena mereka sudah amat kelaparan, tidak mempunyai lagi
makanan yang dapat dimakan, ibu tua itu merasa ia dapat meminta pertolongan
dari anaknya. Dengan badan yang sudah membungkuk, ia berjalan perlahan-lahan
menuju ke rumah anaknya untuk meminta makanan.
Anak laki-laki itu yang melihat ibunya datang segera bersembunyi di dalam
rumah. Ia diam saja di dalam rumah dan tidak mau keluar menemui ibunya, ia
lalu menyuruh isterinya keluar untuk menemui ibunya.
Di depan pintu rumah, ibu tua itu berkata kepada menantu perempuannya, bahwa
ia amat lapar dan membutuhkan makanan. Menantunya tanpa berkata sepatah
katapun lalu masuk ke dalam rumah dan membawa sebuah keranjang, lalu
diberikannya kepada mertuanya, yang berisi dua liter gandum.
Tetapi ibu mertua yang sedang kelaparan itu, tentu saja tidak dapat memakan
gandum yang belum dimasak itu. Ia harus memasaknya terlebih dahulu, dan
membutuhkan waktu yang cukup lama sampai gandum itu matang dan dapat
dimakan. Sedangkan ia sudah amat lapar, dan membutuhkan makanan yang
sudah matang supaya dapat segera dimakan untuk menghilangkan rasa laparnya.
Ibu tua itu menerima keranjang yang berisi gandum itu dengan perasaan sedih,
ia tidak bahagia. Ia menghadapi kenyataan yang pahit, ia hanya menerima dua
liter gandum, pemberian dari anak laki-lakinya yang amat sangat dikasihinya.
Anak laki-lakinya itu tidak mau keluar menemuinya ketika ia datang, hatinya
amat kecewa dan sedih sekali.
Diceritakan, ibu tua itu lalu mengucapkan syair ketika ia menerima gandum
itu,"Saya datang ke depan pintu rumah anakku karena saya amat lapar dan hampir
mati.
Tetapi saya hanya memperoleh dua liter gandum.
Saya ragu-ragu,
apakah saya harus menerimanya atau tidak
Oh anakku sayang
Apakah saya
pernah menakar air susuku ketika menyusuimu?"
Cerita selanjutnya : ternyata menantunya itu amat marah mendengar kata-katanya.
Ia merasa kata-kata itu ditujukan untuk dirinya.
Dengan marah ia lalu berkata : "Hai nenek tua, ibuku sendiri yang telah membesarkanku, dan tidak akan
membiarkan aku menderita sedikitpun, tidak ribut ketika ia datang, dan hanya
kami berikan seliter gandum. Kami kan sudah memberikanmu dua liter gandum,
tetapi kamu malah berkata-kata seperti itu. Sudahlah nenek tua, pergilah
dari tempat ini sekarang juga!"
Anak laki-laki itu tidak berusaha meredakan pertentangan antara ibu dan
isterinya, ia hanya diam saja.
Tetapi sejak saat itu setelah mendengar puisi yang diucapkan si ibu tua,
orang-orang menjadi merasa ngeri dan takut apabila sudah tua nanti, akan
menghadapi keadaan seperti yang dialami oleh ibu tua itu.
Cerita ini menekankan tentang kewajiban seorang anak untuk merawat ayah dan
ibunya yang sudah tua, seperti ayah dan ibu merawat anaknya dengan penuh
kasih yang tanpa batas ketika mereka masih kecil. Jadi seorang anak harus berbakti dengan merawat orangtua
mereka, dengan penuh hormat dan dengan cinta kasih yang tulus ikhlas.