Perusahaan Unggul menurut Peters dan Waterman
[dikutip dari "Advanced Strategic Management" / Hendrawan Supratikno, dkk.]
Thomas Peters dan Robert Waterman Jr. (lihat “In Search of Excellence” / Peters, T. and Waterman, R.), dua orang konsultan McKinsey yang melakukan penelitian terhadap ratusan perusahaan di Amerika Serikat yang dalam pandangan mereka merupakan perusahaan unggul.
Dari penelitiannya, mereka mendapatkan delapan ciri perusahaan yang unggul, yaitu:
1. A Bias for Action
Perusahaan lebih berkiblat pada aksi, dan tidak hanya berkutat dengan rencana. Prinsip perusahaan ini adalah “try it, do it and fix it”. Perusahaan lebih menghargai tindakan nyata daripada ambisi yang abstrak. Mereka tidak menyukai yang kemudian dikatakan sebagai “NATO” (No Action Talk Only).
2. Close to the Customer
Perusahaan memahami dengan baik apa yang diinginkan konsumennya. Konsumen adalah “segala-galanya”. Bahkan, untuk keperluan memahami yang diharapkan konsumen, mereka tak segan-segan mendirikan dewan konsumen, membuka layanan konsumen 24 jam penuh, melakukan riset-riset konsumen, dan sejenisnya. Sebagaimana telah dipahami, kepuasan konsumen terjadi apabila yang bisa diberikan oleh perusahaan minimal sama dengan harapan konsumennya.
3. Autonomy and Entrepreneurship
Perusahaan menghargai sikap karyawan yang berani untuk mandiri, memiliki pandangan orisinal, berani mengambil resiko, dan sejenisnya. Mereka tidak menyukai sikap “as long as the boss like” alias “asal Bapak senang”.
4. Productivity through People
Perusahaan menilai manusia merupakan aset terpenting bagi perusahaan, melebihi arti penting mesin atau bangunan. Karyawan dianggap sebagai pelaku (aktor) yang dewasa, yang bisa dipercaya dan memiliki kreativitas yang unik. Ada komitmen bahwa karyawan adalah aset terpenting yang terlihat dari anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan pelatihan karyawan.
5. Hands-on, Value Driven
Perusahaan tak mengabaikan arti penting dari tujuan-tujuan yang bersifiat jangka panjang, bahkan transedental. Karyawan diyakinkan bahwa mereka tidak hanya bekerja untuk uang, tetapi juga untuk mencapai cita-cita yang luhur (superordinate goals). Mereka berusaha memberi makna transedental yang secara rutin dilakukan dalam perusahaan.
6. Stick to the Knitting
Perusahaan tidak tergesa-gesa dalam melakukan diversivikasi. Perusahaan belajar dari pengalaman, bahwa banyak perusahaan terjebak dalam diversifikasi berlebihan. Perusahaan memiliki bisnis inti (core business) yang jelas, dan tidak tergoda masuk ke bisnis yang tidak dikuasainya dengan benar.
7. Simple Form, Lean Staff
Perusahaan memiliki struktur organisasi yang sederhana dengan jumlah staf yang ramping. Mereka menyadari bahwa perusahaan besar biasanya kurang cepat atau kurang adaptif menghadapi perubahan di lingkungan sekitar. Dengan kata lain, perusahaan besar cenderung memiliki hirarki yang panjang, melakukan formalisasi, dan proses prosedural yang berlebihan. Organisasi yang sederhana dengan sejunlah staf yang ramping dinilai penting untuk menjaga agar perusahaan tetap lincah dan cepat dalam mengambil keputusan.
8. Simultaneous Loose - Tight Properties
Perusahaan memiliki kemampuan menjalankan konsep-konsep manajemen yang sepintas terlihat bertentangan. Dalam konteks ini, perusahaan mampu menyeimbangkan prinsip sentralisasi dan desentralisasi dengan baik
Semoga dapat bermanfaat bagi pengembangan diri kita ...
Salam,
Posted by Unknown
on 10:29 AM. Filed under
.
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0.
Feel free to leave a response