|

BUMI Kejar ‘Historical Trade’ 8.550

Saham PT Bumi Resources (BUMI) Rabu (13/5) diprediksikan melanjutkan penguatan mengejar historical trade di Rp 8.550 seiring penguatan harga minyak. Investor disarankan hold dan buy on weakness jika ingin mengoleksinya.

Ikhsan Binarto, analis PT Optima Securities mengatakan dengan penguatan BUMI pada level Rp 2.175 kemarin, saham produsen pertambangan ini bisa melanjutkan penguatan. Penguatan saham BUMI didorong sentimen positif dari naiknya harga minyak dunia yang berada di kisaran US$ 57-58 per barel.

Selain itu, pergerakan saham BUMI saat ini yang selalu berada pada top value membuatnya menjadi emiten paling likuid. Akibatnya, saham sejuta umat ini menjadi pilihan investor. Pasalnya, investor selalu mencari saham yang paling mudah baik untuk jual maupun beli di samping faktor fundamental BUMI yang positif.

Bahkan, lanjut Ikhsan, secara grup hampir 50% dari total kapitalisasi di Bursa Efek Indonesia dikuasai Grup Bakrie. Sedangkan dari sisi grupnya, BUMI merupakan saham yang paling leading. “Prediksi saya, BUMI, Rabu (13/5) bergerak di kisaran Rp 2.050 hingga Rp 2.300,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta semalam.

Pada penutupan perdagangan kemarin, BUMI ditransaksikan menguat 175 poin (8,75%) ke level Rp 2.175. Harga tertinggi BUMI kemarin mencapai Rp 2.175 dan terendah Rp 1.970. Sedangkan volume transaksi BUMI mencapai 694,2 juta lembar saham dengan nilai Rp 1,4 triliun dan frekuensi 13.094 kali.

Lebih lanjut, Ikhsan mengatakan meski fundamental BUMI saat ini positif, tapi hal itu bukanlah perhatian utama investor. Pelaku pasar lebih melihat harga tertinggi BUMI sebelumnya (historical trade) pada level Rp 8.550 pada Juni 2008 lalu.

“Dulu BUMI pernah di atas level Rp 8 ribu, sekarang baru Rp 2.175, itu masih jauh jika melihat historical trade,” paparnya. Investor sambung Ikhsan bisa berspekulasi ke arah itu.

Karena itu, ada kecenderungan sebelum level Rp 8.000, BUMI akan terus menguat selama market di luar tidak ada koreksi. Jika market mendukung, BUMI akan kembali ke harga historical-nya. “Historical trade menjadi salah satu referensi investor untuk membeli saham,” paparnya. Dalam dua bulan ke depan, Ikhsan memprediksikan BUMI akan menyentuh level Rp 2.500 per lembar saham.

Mengenai peluang profit taking, Ikhsan mengakui sejatinya, BUMI terkoreksi hari ini. Tapi, karena pola pergerakannya yang up trend BUMI masih berpotensi melanjutkan penguatan.

Jika dilihat dari peluang profit taking, saham selain Grup Bakrie sudah dilanda profit taking. Iksan mencontohkan Grup Astra, yang hingga perdagangan kemarin masih dilanda aksi profit taking. Sebelumnya, PT Telkom (TLKM) pun terkena aksi profit taking. “Yang belum terjadi koreksi adalah grup-nya Bakrie,” katanya.

Lebih lanjut ia memaparkan, support BUMI saat ini berada pada level Rp 2.000. Faktor yang bisa membuat saham BUMI kembali melemah ke level Rp 2.000 adalah Dow Jones. Namun jika Dow Jones naik lagi di atas 8.500 sementara bursa regional mendukung, justru akan berpengaruh positif terhadap pergerakan BUMI.

“Sentimen positif yang utama terhadap BUMI adalah harga minyak. Harga minyak telah menambah percaya diri market karena BUMI merupakan saham sektor komoditas. Sementara harga minyak saat ini berada pada kisaran US$ 57-58 dan akan running terus,” tuturnya.

Mengenai rekomendasi terhadap saham BUMI, Ikhsan menyarankan hold karena dinilai lebih menguntungkan untuk direalisasikan di kemudian hari. Pasalnya, jarak harga sekarang dengan historical trade-nya masih sangat jauh. ”Walaupun saat ini ada beberapa koreksi tapi masih pada batas-batas wajar,” ucapnya.

Sedangkan jika investor berniat membeli BUMI, seharusnya melakukan buy on weaknes. Jika menyentuh level Rp 2.000 ke bawah BUMI bisa dikoleksi karena kadang pergerakannya cukup lebar. “Bagi investor yang tidak tahan kadang melakukan cut loss. Kalau BUMI menyentuh level Rp 1.800, investor baru bisa cut loss,” pungkasnya.

Posted by Unknown on 9:22 AM. Filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. Feel free to leave a response