Blog Korporat
Oleh : Amalia E. Maulana
Blog korporat merupakan salah satu alat komunikasi bagi perusahaan yang belakangan ini mulai dilirik oleh banyak perusahaan kelas dunia untuk memperkuat hubungan internal dan eksternal. Blog atau weblog diartikan sebagai jurnal online tentang pengalaman pribadi atau observasi seseorang akan sebuah masalah atau kejadian.
Biasanya tulisan dalam sebuah blog mengandung berbagai link ke blog lain atau ke website yang dijadikan nara sumber. Blog korporat merupakan kumpulan jurnal online dari stakeholders perusahaan, baik itu internal perusahaan maupun eksternal perusahaan. Blog ini dipublikasikan di web. Pembaca dalam komunitas blogger memperoleh kiriman setiap kali ada isi baru yang muncul. Yang membedakan antara blog personal dengan blog korporat adalah asosiasi dan link nya. Individu yang menulis dalam blog korporat akan dilihat sebagai bagian dari perusahaan.
Di negara maju, debat seputar perlu tidaknya blog korporat sebenarnya sudah tidak lagi pada berapa banyak yang akan membacanya. Yang hangat dibicarakan lebih ke arah apakah blog korporat ini akan membawa dampak positif, atau malah menjadi boomerang bagi perusahaan.
Blogging bisa memainkan peranan penting dalam komunikasi antar karyawan, rekrutment, public relations, peluang bisnis baru, mempertahankan loyalitas pelanggan, dll. Ford, IBM, Google dan Microsoft adalah beberapa dari perusahaan besar yang sudah menjalankan blogging ini. Bahkan, perusahaan ini punya corporate blog lebih dari satu, dijalankan oleh beberapa karyawan secara simultan.
Keputusan untuk punya blog korporat memang sangat dilematis. Semuanya ini karena bila ingin disebut dengan blog yang baik, blog korporat harus tunduk pada peraturan tidak tertulis yang dicanangkan di blogosphere (atmosfir kaum bloggers). Mengikuti aturan di blog konsekuensinya sangat besar untuk perusahaan; karenanya sebelum meluncurkan blog perusahaan harus mengerti betul apa saja implikasinya. Contohnya:
1. Menulis berita apa adanya.
Blog korporat harus ditulis dengan gaya ‘berita kepada kawan’ yang jujur dan apa adanya. Gaya penulisan ini tentu tidak dikenal dalam konteks komunikasi eksternal perusahaan. Lalu, siapa yang akan mengontrol jika setiap karyawan boleh mempublikasikan cerita apa saja melalui blog korporat ini ? Bukan tidak mungkin, dan ini memang ternyata sudah sering terjadi, blog korporat kemudian menjadi wadah untuk menumpahkan uneg-uneg karyawan terhadap atasan atau kebijakan perusahaan. Pertanyaannya, sudah sesiap apakah perusahaan untuk berurusan dengan aliran informasi keluar tanpa saringan ini ? Mana lebih penting, perusahaan mengikuti peraturan tidak tertulis dalam komunitas bloggers atau menyelamatkan citra perusahaan dari berbagai resiko publisitas negatif ?
2. Sekali blog muncul harus terus muncul.
Dilema berikutnya adalah dalam komunitas bloggers, peraturan tidak tertulisnya mengatakan : sekali blogging harus tetap blogging. Jadi, sekali memutuskan untuk punya blog korporat, dibutuhkan komitmen yang kontinyu. Blog tidak sama dengan situs-situs yang dibangun hanya untuk mendukung masa promosi produk dalam periode tertentu. Blog melambangkan ikatan pada komunitasnya. Siapkah perusahaan untuk ‘terikat’ dalam komitmen ini ?
3. Isi blog bukan iklan, tidak boleh hasil rekayasa dan merupakan komunikasi dua arah
Karena blog bukan bentuk lain dari iklan, yang ditulis sebaiknya adalah pengalaman sehari-hari dari individu penyumbang isi blog, dan diwarnai oleh diskusi-diskusi menarik tanpa unsur promosi produk. Bagaimana jika setelah sekian lama, tidak ada berita yang cukup ‘sensasional’ dan akan menarik minat para bloggers ?. Dalam situasi ini perusahaan tidak boleh terpancing untuk merekayasa berita untuk dimuat di blog korporat. Kenyataannya, masih banyak ditemukan corporate blog berisi tulisan dari orang-orang “siluman” yang dibentuk identitasnya hanya untuk keperluan pembicaraan imaginatif dan hiperbola tentang perusahaan dan produk. Akibatnya isi blog korporat jenis ini lebih banyak berupa iklan dalam kemasan lain saja, yang kemudian mendapat sambutan dingin dari komunitasnya.
Google adalah salah satu dari perusahaan yang blog korporat-nya banyak dikritik. Contohnya, walaupun cerita berjudul “I’m feeling silly” yang ditulis Clay Bavor, seorang associate product manager Google di googleblog.blogspot.com menarik untuk disimak karena berkisah tentang keseharian, sayang tidak ada kesempatan untuk memberikan tanggapan. Tanpa komentar, maka blog ini menjadi komunikasi satu arah saja. Contoh lainnya, tulisan “It’s about time” yang diposting oleh Carl Sjogreen, product manager Google pada tanggal 13 April yang lalu ternyata hanya berisi promosi terselubung dan ajakan untuk mencoba produk baru mereka “Google calendar”. Cara-cara ini tentunya bertentangan dengan kaidah pembuatan blog korporat.
Lalu bagaimana ? Apa sebaiknya perusahaan jangan punya corporate blog saja ? Menurut hemat saya, blog korporat belum merupakan keharusan bagi setiap perusahaan, mengingat dilema yang ditimbulkannya. Perusahaan yang sudah perlu blog korporat adalah para pemimpin pasar yang ingin menempatkan posisi sebagai ekspert di industri. Atau, perusahaan yang menempatkan aktifitas public relations (PR) sebagai bagian dari Integrated Marketing Communications (IMC)-nya. Dan, tentu saja, jika perusahaan ingin menjalin hubungan erat dengan konsumennya, yang ingin bisa menggali consumer insights kapan saja, blog adalah tempat yang ideal.
Tidak ada salahnya mengamati perkembangan blog korporat sejak sekarang. Seperti halnya semua bentuk komunikasi online, blogging merupakan sebuah medium yang berkembang pesat. Memutuskan untuk ikut terjun di dalamnya merupakan langkah yang maju. Hanya saja, sebelum melangkah, persiapkan dahulu sebaik-baiknya dengan mengerti betul iklim blogosphere dan dilema yang dihadapi.
Biasanya tulisan dalam sebuah blog mengandung berbagai link ke blog lain atau ke website yang dijadikan nara sumber. Blog korporat merupakan kumpulan jurnal online dari stakeholders perusahaan, baik itu internal perusahaan maupun eksternal perusahaan. Blog ini dipublikasikan di web. Pembaca dalam komunitas blogger memperoleh kiriman setiap kali ada isi baru yang muncul. Yang membedakan antara blog personal dengan blog korporat adalah asosiasi dan link nya. Individu yang menulis dalam blog korporat akan dilihat sebagai bagian dari perusahaan.
Di negara maju, debat seputar perlu tidaknya blog korporat sebenarnya sudah tidak lagi pada berapa banyak yang akan membacanya. Yang hangat dibicarakan lebih ke arah apakah blog korporat ini akan membawa dampak positif, atau malah menjadi boomerang bagi perusahaan.
Blogging bisa memainkan peranan penting dalam komunikasi antar karyawan, rekrutment, public relations, peluang bisnis baru, mempertahankan loyalitas pelanggan, dll. Ford, IBM, Google dan Microsoft adalah beberapa dari perusahaan besar yang sudah menjalankan blogging ini. Bahkan, perusahaan ini punya corporate blog lebih dari satu, dijalankan oleh beberapa karyawan secara simultan.
Keputusan untuk punya blog korporat memang sangat dilematis. Semuanya ini karena bila ingin disebut dengan blog yang baik, blog korporat harus tunduk pada peraturan tidak tertulis yang dicanangkan di blogosphere (atmosfir kaum bloggers). Mengikuti aturan di blog konsekuensinya sangat besar untuk perusahaan; karenanya sebelum meluncurkan blog perusahaan harus mengerti betul apa saja implikasinya. Contohnya:
1. Menulis berita apa adanya.
Blog korporat harus ditulis dengan gaya ‘berita kepada kawan’ yang jujur dan apa adanya. Gaya penulisan ini tentu tidak dikenal dalam konteks komunikasi eksternal perusahaan. Lalu, siapa yang akan mengontrol jika setiap karyawan boleh mempublikasikan cerita apa saja melalui blog korporat ini ? Bukan tidak mungkin, dan ini memang ternyata sudah sering terjadi, blog korporat kemudian menjadi wadah untuk menumpahkan uneg-uneg karyawan terhadap atasan atau kebijakan perusahaan. Pertanyaannya, sudah sesiap apakah perusahaan untuk berurusan dengan aliran informasi keluar tanpa saringan ini ? Mana lebih penting, perusahaan mengikuti peraturan tidak tertulis dalam komunitas bloggers atau menyelamatkan citra perusahaan dari berbagai resiko publisitas negatif ?
2. Sekali blog muncul harus terus muncul.
Dilema berikutnya adalah dalam komunitas bloggers, peraturan tidak tertulisnya mengatakan : sekali blogging harus tetap blogging. Jadi, sekali memutuskan untuk punya blog korporat, dibutuhkan komitmen yang kontinyu. Blog tidak sama dengan situs-situs yang dibangun hanya untuk mendukung masa promosi produk dalam periode tertentu. Blog melambangkan ikatan pada komunitasnya. Siapkah perusahaan untuk ‘terikat’ dalam komitmen ini ?
3. Isi blog bukan iklan, tidak boleh hasil rekayasa dan merupakan komunikasi dua arah
Karena blog bukan bentuk lain dari iklan, yang ditulis sebaiknya adalah pengalaman sehari-hari dari individu penyumbang isi blog, dan diwarnai oleh diskusi-diskusi menarik tanpa unsur promosi produk. Bagaimana jika setelah sekian lama, tidak ada berita yang cukup ‘sensasional’ dan akan menarik minat para bloggers ?. Dalam situasi ini perusahaan tidak boleh terpancing untuk merekayasa berita untuk dimuat di blog korporat. Kenyataannya, masih banyak ditemukan corporate blog berisi tulisan dari orang-orang “siluman” yang dibentuk identitasnya hanya untuk keperluan pembicaraan imaginatif dan hiperbola tentang perusahaan dan produk. Akibatnya isi blog korporat jenis ini lebih banyak berupa iklan dalam kemasan lain saja, yang kemudian mendapat sambutan dingin dari komunitasnya.
Google adalah salah satu dari perusahaan yang blog korporat-nya banyak dikritik. Contohnya, walaupun cerita berjudul “I’m feeling silly” yang ditulis Clay Bavor, seorang associate product manager Google di googleblog.blogspot.com menarik untuk disimak karena berkisah tentang keseharian, sayang tidak ada kesempatan untuk memberikan tanggapan. Tanpa komentar, maka blog ini menjadi komunikasi satu arah saja. Contoh lainnya, tulisan “It’s about time” yang diposting oleh Carl Sjogreen, product manager Google pada tanggal 13 April yang lalu ternyata hanya berisi promosi terselubung dan ajakan untuk mencoba produk baru mereka “Google calendar”. Cara-cara ini tentunya bertentangan dengan kaidah pembuatan blog korporat.
Lalu bagaimana ? Apa sebaiknya perusahaan jangan punya corporate blog saja ? Menurut hemat saya, blog korporat belum merupakan keharusan bagi setiap perusahaan, mengingat dilema yang ditimbulkannya. Perusahaan yang sudah perlu blog korporat adalah para pemimpin pasar yang ingin menempatkan posisi sebagai ekspert di industri. Atau, perusahaan yang menempatkan aktifitas public relations (PR) sebagai bagian dari Integrated Marketing Communications (IMC)-nya. Dan, tentu saja, jika perusahaan ingin menjalin hubungan erat dengan konsumennya, yang ingin bisa menggali consumer insights kapan saja, blog adalah tempat yang ideal.
Tidak ada salahnya mengamati perkembangan blog korporat sejak sekarang. Seperti halnya semua bentuk komunikasi online, blogging merupakan sebuah medium yang berkembang pesat. Memutuskan untuk ikut terjun di dalamnya merupakan langkah yang maju. Hanya saja, sebelum melangkah, persiapkan dahulu sebaik-baiknya dengan mengerti betul iklim blogosphere dan dilema yang dihadapi.
Posted by Unknown
on 10:08 AM. Filed under
Marketing/Strategy
.
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0.
Feel free to leave a response